Pertempuran Ke 5 - A'qabatul Bawa'ith Pendorong Ibadah
a)Khauf
b)Raja’
A. KHAUF
Khauf membawa erti takut kepada Allah SWT. Ianya merupakan suatu perasaan yang datang dalam diri seseorang.
Firman Allah, Surah Al Mukminun : 57 - 61Sesungguhnya orang yang berhati-hati karena takut (terhadap siksa) Rabb mereka. Dan orang-orang yang beriman terhadap ayat-ayat Rabb mereka. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan (sesuatupun) dengan Rabb mereka,Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut(karena mereka tahu bahwa)sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad dan Sunan at-Tirmidzi dari Aisyah rha yang berkata:Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini. (Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut)(Al-Mukminun: 60), apakah mereka adalah orang-orang yang berzina, minum khamr dan mencuri?". Beliau menjawab: "Tidak wahai (Aisyah) anak Abu Bakar As Siddiq, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, melaksanakan shalat, bersedekah dan mereka khawatir (amalan mereka)tidak diterima."
Al-Hasan berkata:"Mereka telah beramal demi Allah dengan semua ketaatan-ketaatan dan mereka telah bersunggah-sungguh padanya, serta mereka takut (seandainya amalan-amalan mereka) ditolak. Sesungguhnya seorang mukmin itu menggabungkan antara berbuat baik dengan takut (tidak diterima amalannya), sedangkan orang munafik menggabungkan antara berbuat buruk dengan (merasa) aman (dari siksa Allah)."
Rasa khauf atau takut kepada Allah ini wajib ditanam di dalam diri sebab Allah Maha Hebat seksaan Nya kepada orang-orang yang menderhakai Nya. Orang yang derhaka ialah orang yang melanggar larangan Allah dan meninggalkan suruhan Allah.Dengan adanya rasa takut kepada Allah, seorang muslim akan berusaha untuk mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah. Lantas, perbuatan amal kebajikan yang dilakukan atas dasar kahuf, bukanlah sebenarnya mengharapkan pahala dari Allh SWT, sebaliknya adalah untuk mengharapkan keampunan Allah atas dosa-dosa yang telah dilaukan.
Rasa khauf atau takut yang dituntut ialah yang menghalang seseorang dari melakukan dosa. Imam Ibnu Abil `Izzi al Hana berkata:"Seorang hamba wajib untuk takut dan berharap (kepada Allah), dan sesungguhnya takut yang terpuji dan yang sebenarnya adalah yang menghalangi pemiliknya dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah. Apabila(takut) itu melewati batas, dikhawatirkan dia terjatuh pada sikap putus asa."Sikap takut yang tidak diimbangi dengan rasa harap, akan menyebabkan seseorang berputus asa dari rahmat Allah.
B. RAJA’
Firman Allah, Surah Yusuf : 87“…Janganlah kamu berputus asa dari mengharap Rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari mengharap Rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” .
Raja’ ialah rasa pengharapan. Mengharapkan kepada Allah. Harapan seorang makhluk kepada Allah sebagai Pencipta. Mengharapkan kurniaan Allah di dunia mahu pun di akhirat. Rasa raja’ mesti mengiringi rasa khauf. Rasa pengharapan mesti mengiringi rasa takut. Agar Perasaan takut tidak menjerumuskan seseorang ke lembah putus asa. Begitu juga rasa harap mesti diringi dengan rasa khauf, agar seseorang muslim tidak terlalu yakin dengan amal perbuatan. Over confident. Akhirnya menjerumuskan diri ke arah bongkak, ujub, takbur dan riyak.Demikianlah bahwa khauf (takut) terhadap siksa Allah di akhirat, di saat berdiri di hadapan mahkamah Rabbul `Alamin dan takut apabila amalan-amalan kebaikannya tidak diterima oleh Allah itu juga harus diiringi dengan raja'(berharap) terhadap rahmat dan ampunan-Nya serta diterimanya amalan-amalannya di sisi Allah. Sebagaimana banyak sekali nash-nash yang menggabungkan antara khauf dan raja' di dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.
Tujuan didalami bab ini adalah wajib atas seorang hamba untuk takut terhadap Allah dan berharap kepada-Nya. Jika hamba tersebut melihat kepada dosa-dosanya, dan. kepada keadilan Allah serta kerasnya siksaan Allah, dia takut terhadap Rabbnya. Jika dia melihat kepada karunia-Nya yang umum dan yang khusus dan kepada ampunan-Nya yang luas, dia akan berharap. Jika dia dibimbing untuk menjalankan ketaatan, dia berharap kepada Rabbnya mendapatkan kesempurnaan nikmat tersebut, yaitu diterimanya (amalan) ketaatannya, dan takut(amalan ketaatannya) ditolak disebabkan adanya kekurangan.Jika dia mendapatkan ujian (yaitu) dengan berbuat maksiat, dia berharap kepada Rabbnya supaya taubatnya diterima dan kemaksiatannya dihapuskan. Dia juga takut mendapatkan hukuman/siksa atas kemaksiatan itu dikarenakan lemahnya taubat dan kecenderungan kepada dosa.
Di saat mendapatkan kenikmatan dan kesenangan, dia berharap kepada Allah supaya hal itu tetap dan bertambah serta mendapatkan bimbingan/taufiq untuk mensyukurinya. Dan dia takut hilangnya hal tersebut disebabkan kurangnya syukur.Di saat tertimpa perkara-perkara yang tidak dia sukai dan musibah-musibah, dia berharap kepada Allah supaya menghilangkannya dan dia menanti kelonggaran dengan hilangnya perkara-perkara itu. Dan dia juga berharap supaya Allah memberikan pahala kepadanya atas perkara-perkara itu di saat dia menjalankan kewajiban sabar. Dia takut terkumpulnya dua musibah, yaitu kehilangan pahala yang (pahala itu) disukai dan terjadinga perkara yang tidak dia ingini, apabila dia tidak mendapatkan bimbing untuk melaksanakan kesabaran yang (kesabaran itu) wajib.
Maka seorang mukmin muwahhid (yang beriman lagi bertauhid) di dalam seluruh keadaannya selalu bersifat takut dan berharap. Inilah yang wajib dan inilah yang akan bermanfaat, dan dengannyalah kebahagiaan akan terjadi.
Yang ditakutkan atas seorang hamba adalah dua akhlaq yang buruk, yaitu.
1. Rasa takut menguasai dirinya sehingga dia putus asa dari rahmat Allah.
2. Sikap berharap yang membawanya sampai (tingkat) merasa aman dari azab neraka Allah dan siksa-Nya.
Abu Ali ar-Rudzabari berkata:Khauf (takut) dan raja' (berharap) seumpama dua sayap burung, apabila keduanya sempurna, maka sempurnalah burung itu dan sempurnalah terbangnya. Dan apabila satu dari kedua (sayap) nya kurang, maka terjadilah kekurangan padanya (burung itu). Dan apabila kedua (sayap)nya tiada. jadilah burung itu di ambang kematian
Bagaimana ingin mendapatkan rasa khauf dan raja’ ?
1. Sentiasa mengingatkan diri dengan Akhirat. Ingatkan diri tentang azab siksaan Allah. Ingatkan kenikmatan syurga Allah.
2. Sentiasa ingatkan diri bahawa Allah Maha Hebat dan Allah Maha Pengampun.
3. Sentiasa berzikir
4. Membaca kisah para Nabi, Rasul, Para Sahabat dan orang di zaman salafussoleh.
Kisah-Kisah Kisah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa, maka seorang pendidik selayaknya memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaat. Dan itu banyak sekali terdapat dalam Al Qur'an dan Sunnah yang suci. Diantaranya:
1. Kisah Ashabul Kahfi (penghuni surga), bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman kepada Allah, cinta kepada tauhid dan benci kepada kemusyrikan
2. Kisah Nabi Isa AS, bertujuan unutk menjelaskan bahwa ia adalah hamba Allah dan bukan Anak Allah sebagaiman anggapan kaum nasrani.
3. Kisah Yusuf, diantara tujuannya adalah untuk mengingatkan agar jangan sampai terjadi pergaulan campur aduk antara laki-laki dan perempuan sebab akan memberi akibat yang sangat hina
4. Kisah Yunus, bertujuan agar kita selalu beristianah (meminta pertolongan) hanya kepada Allah saja, lebih-lebih ketika di timpa musibah.
5. Kisah orang-orang yang treperangkap dalam gua . Diambil hikmahnya yaitu agar kita hanya bertawasul kepada Allah dengan amal-amal shalehnya. Seperti membantu orang tua, menjauhi zina karena Allah.
6. Dan lain-lain lagi
Walaubagaimanapun, ketika di saat ambang kematian, hendaklah seseorang tersebut meletakkan rasa raja' 100% akan keampunan Allah. Berbaik sangka dengan Allah, agar dihujung kalimah kita nanti, Allah mengampuni diri kita dan memasukkan kita di dalam golongan kekasih Allah SWT. Insya Allah.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home